Belajar dari Covid-19
Bapak Nadiem Anwar Makarim selaku Mendikbud RI menyatakan bahwa wabah virus korona memberikan banyak pelajaran kepada kita, diantaranya: pentingnya inovasi pendidikan dan pembelajaran, membangunkan kesadaran beratnya tugas seorang guru, efektivitas pendidikan hanya dapat dihasilkan dari kolaborasi tiga pihak, yakni keluarga, sekolah (pemerintah) dan masyarakat, pentingnya kebersihan dan kesehatan, simpati, empati dan solidaritas. Beliau berharap agar kita semua mengambil hikmah atau belajar dari corona 19 ini, baik sekarang maupun di masa yang akan datang.
Wabah virus korona memberi banyak pelajaran kepada umat manusia, antara lain: kecil itu kuat, tidak dan kurang disiplin merupakan penyebab bencana kemanusiaan, lebih cepat lebih baik, data tidak berbohong, pencegahan penyakit berdimensi luas tidak sebatas pelayanan medis melainkan faktor kepemimpinan dan kesadaran sosial, pola hidup bersih dan sehat, dan inovasi pendidikan, khususnya inovasi pembelajaran.
Kita tidak tahu, apakah setelah wabah virus korona berakhir nanti, baik masyarakat yang terdampak maupun yang tidak mengambil pelajaran dari wabah virus korono ini atau kembali pada kebiasaan lama, seperti hidup tidak disiplin, tidak bersih dan tidak sehat, kurang peduli terhadap penderitaan orang lain. Secara singkat dikemukan tujuh pembelajaran berikut ini.
PERTAMA, kesalahan pengambilan keputusan, kemudian diikuti sikap dan tindakan kita selama ini berawal dari kesalahan asumsi, misalnya kurus itu lemah dan gemuk itu kuat, demikian pula kecil itu lemah, sementara besar itu kuat dan seterusnya. Faktanya tidak demikian, kecil itu kuat.
Prinsip Pareto, dalam formula 20/80 bermakna bahwa “Lebih sedikit lebih baik”, kecil adalah besar atau besar itu adalah kecil, sedikit adalah banyak atau banyak adalah sedikit, semuanya tergantung pada pemaknaan yang benar terhadap realitas kehidupan ini yang kemudian diikuti membangun asumsi benar pula.
Virus korona ukurannya sangat kecil, tidak terlihat oleh mata kecuali menggunakan alat pembesar. Ukuran virus korona yang sangat kecil itu oleh sebagian orang dianggap enteng, kecil dan tidak berbahaya, kenyataannya virus kecil tersebut justru menyimpan kekuatan yang sangat besar. Hampir semua yang selama ini diyakini sebagai sumber kekuatan (senjata canggih, kekuatan ekonomi, ilmu pengetahuan dan kekuasaan) dan kesombongan yang diperlihatkan mereka pemilik sumber kekuatan tersebut menjadi tidak berdaya menghadapi ganasnya penularan virus korona yang sangat kecil itu.
Pelajaran penting bagi kita agar jangan keliru lagi memahami suatu realitas dan merumuskan asumsi karena sangat berdampak kurang baik bagi kehidupan ini. Apa yang kita miliki hanyalah sedikit, sangat-sangat sedikit, ibarat setetes air di sebuah samudera yang luas. Oleh karena itu, janganlah sumbong dan angkuh terhadap nikmat apapun yang diberikan Allah SWT.
KEDUA, disiplin diri merupakan sumber kekuatan, sebaliknya tidak dan kurang disiplin diri menjadi sumber kelemahan, dan penyebab bencana kemanusiaan. Sebagaimana penulis sampaikan pada opini sebelumnya, berjudul “Disiplin Memakai Masker”, penularan virus korona antara lain disebabkan kurang disiplinnya masyarakat, satu contoh sulitnya dan kurang disiplin memakai masker. Penulis kurang yakin, mereka yang tidak memakai masker adalah mereka yang tidak mampu membeli masker, melainkan lebih disebabkan oleh kepribadian berpenyakit, kemungkinan besar mereka melanggar semua protokol kesehatan terkait pencegahan virus korona, seperti menjaga jarak, cuci tangan dengan sabun dan air mengair.
Belajar dari perilaku tidak dan kurang disiplin masyarakat tersebut, penulis sarankan untuk mengefektifkan pengawasan, dan memberikan sanksi hukum kepada siapa saja yang melanggar. Agar disiplin diri dimiliki oleh masyarakat di masa yag akan datang, nilai karakter disiplin diri wajib ditanamkan sedini mungkin, mulai di rumah, sekolah dan perguruan tinggi serta masyarakat lebih serius mendidik kedisiplinan ini.
KETIGA, “hampir semua negara yang terpukul hebat wabah virus korona adalah negara yang awalnya meremehkan, terlambat mengadaptasi dan bertindak mencegah masuknya wabah, dikutip dari Kompas, 20 April 2020. Kita mendengar banyak komentar, pemerintah mempertimbangkan banyak hal sehingga kurang cepat mengambil tindakan pencegahan. Setelah wabah virus korona menular dan menelan korban baru saling menyalahkan, artinya sebagian diantara kita bersikap reaktif atau tidak proaktif, faktanya bertindak setelah kejadian, setelah ada korban.
Pelajaran penting, seharusnya kita malu kepada tikus, binatang yang dikenal jorok dan kurang cerdas, namun tikus adalah binatang yang memiliki perilaku proaktif atau antisipatif, dan cepat bertindak, demikian Stephen Johnson.
KEEMPAT, keberhasilan penanganan pandemic covid 19 menggunakan data yang akurat. Saat ini pendataan terkait penanganan penyakit tersebut dinilai belum optimal, dikutip dari Kompas 29 April 2020. Faktanya, ketidakakuratan data menjadi rahasia umum, diakui hal ini terjadi disebabkan oleh banyak hal.
Pelajaran penting dari data dan informasi ini, penulis kutip pendapat Aristoteles seorang filosof, ia menasehati kita, “Sampaikan sebuah kebenaran yang diperlukan untuk kebaikan dengan penuh rasa tanggung jawab”. Djalaluddin Rumi seorang sufi menambahkan tidak semua pertanyaan harus dijawab, “Tidak menjawab pertanyaan adalah sebuah jawaban”. Arti semua ini, informasi yang akan disampaikan harus dikemas dengan sebaik-baikya. Prinsip objectif, transparan dan akuntabilitas tidak berarti informasi disampaikan secara telanjang.
KELIMA, efektivitas pencegahan wabah virus korona setidaknya mengukur tiga kekuatan suatu negara, yakni: efektivitas pelayanan medis, kekuatan kepemimpinan baik pusat maupun daerah, dan kesadaran sosial masyarakat.
Korea Selatan dan beberapa negara lainnya adalah negara yang dinilai berhasil mempercepat penanganan waban virus korona, kunci keberhasilan negara tersebut diawali dari mobilisasi tes yang memiliki akurasi tinggi. Faktor lainnya adalah pengaruh kepemimpinan yang kuat sehingga keputusan yang diambil tegas dan tidak membingungkan masyarakat untuk mengikutinya, dan faktor solidaritas masyarakat untuk peduli dan membantu yang lain sangat tinggi
KEENAM, serangan virus korona pada diri manusia sangat dipengaruhi oleh kekuatan imunitas tubuh seseorang. Oleh karena itu, pola hidup bersih dan sehat sangat diperlukan. Berolah raga, beristirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi menjadi sangat penting
KETUJUH, virus korona memberi dampak pada inovasi pendidikan, khususnya inovasi pembelajaran, tentu saja inovasi pembelajaran selama ini belum maksimal, masih banyak yang perlu disiapkan dan disempurnakan, antara lain infrastruktur pendidikan dan pembelajaran, kompetensi guru, strategi atau model pembelajaran inovatif lainnya
Dr. Aswandi Dosen FKIP UNTAN[learn_press_profile]