Mengenal Hantavirus
Belum usai kasus COVID 19, negeri China kembali dihebohkan dengan munculnya Hantavirus. Dikabarkan seorang pria dari provinsi Yunan meninggal dunia akibat terjangkit. Akibatnya masyarakat Indonesia pun ikut heboh dengan Hantavirus. Tapi jangan panik dulu ya teman-teman, yuk kita cari tahu apa itu Hantavirus ? Bagaimana penyebaran dan ciri-ciri nya? Seberapa besar bahaya yang disebabkan Hantavirus dan bagaimana cara pencegahannya?
Hantavirus pertama kali muncul pada tahun 1950-an, tepatnya ketika perang Amerika-Korea terjadi infeksi Hantavirus pada lebih dari 3000 tentara Amerika di Korea, yang menyebabkan kematian akibat gagal jantung. Sebutan Hantavirus berasal dari nama sungai di daerah tersebut yaitu Sungai Hantan. Hantavirus berupa untai tunggal RNA dengan 3 segmen, yaitu S (small), M (medium) dan L (large) yang mengandung nucleoprotein, glikoprotein (Gn dan Gc) dan protein L sehingga tidak tahan terhadap pelarut lemak seperti deterjen, pelarut organic dan hipoklorit. Seperti virus pada umumnya, Hantavirus juga tidak aktif pada suhu panas (600C) dan radiasi sinar UV. Virus ini berbentuk bulat dengan diameter 80-120 nm.
Virus ini disebarkan/dibawa oleh hewan pengerat seperti tikus dan dapat menyebabkan berbagai sindrom penyakit pada manusia. Penyebaran ke manusia dapat terjadi ketika kita kontak dengan ekskresi dari tikus seperti air seni, feses, dan air liur. Selain itu, penyebaran juga dapat terjadi melalui udara yang mengandung debu yang telah terkontaminasi oleh air seni, feses dan air liur tikus yang mengandung hantavirus, namun demikian virus ini tidak menyebar dari manusia ke manusia.
Pada umumnya virus ini muncul di United States selama musim semi dan musim panas. Selain itu virus ini juga muncul di Amerika Utara, Canada, Eropa dan Asia. Hantavirus berhasil di isolasi pertama kali pada tahun 1976, dimana diketahui bahwa sebanyak 22 Hantavirus bersifat pathogen bagi manusia. Virus ini terdiri dari 2 tipe penyakit, yaitu Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) dan Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS). Hingga saat ini tipe HPS dianggap lebih berbahaya dengan angka kematian mencapai 40% sedangkan HFRS hanya 17%. Tipe HPS memiliki masa inkubasi selama 14-17 hari dan terbagi dalam 3 fase yaitu fase febrile prodome, cardiacpulmonary dan convalescence. Fase pertama ditandai dengan sakit kepala dan demam (tanpa batuk dan pilek) selama 3-6 hari. Pada fase kedua terjadi pembendungan paru-paru sehingga batuk semakin sering dan disertai gastritis. Pembendungan tersebut disebabkan karena terjadinya kebocoran pada endothelium microvasculair akibat serangan virus. Kemudian pada tahap akhir, virus ini akan menyerang otot-otot jantung sehingga menyebabkan system peredaran darah terganggu disertai dengan denyut jantung cepat yang dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian.
Tipe HFRS memiliki masa inkubasi 2-4 minggu dan terbagi dalam 5 fase, yaitu febrile, hypotensive, oliguric, polyuric dan convalescent. Fase febrile berlangsung selama 3-7 hari yang ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala, sakit punggung, menggigil, sakit perut hingga mual. Fase hipotensif berlangsung selama beberapa jam atau bahkan 2 hari dimana pasien mengalami hipotensi dan shock. Kemudian fase ketiga yaitu oliguric berlangsung selama 3-7 hari. Pada fase ini, tekanan darah akan kembali normal namun fungsi ginjal akan menurun dan menyebabkan oliguria (jarang buang air kecil) dan anuria yang disertai dengan pendarahan ringan. Fase ini merupakan fase kritis bagi pasien dimana kematian paling sering terjadi. Dua fase selanjutnya merupakan fase penyembuhan, dimana pada fase polyuric (sering buang air kecil) berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada fase ini, pasien akan mengeksresikan beberapa liter urin per hari. Fase terakhir, yaitu convalescent dapat berlangsung lama dalam beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Proses penyembuhan total jarang menyebabkan komplikasi namun kadang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis dan hipertensi.
Penyebaran Hantavirus dapat kita cegah tentunya dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mencegah kontak dengan tikus, seperti menutup lubang yang memungkinkan untuk tikus memasuki rumah, memasang penjerat tikus, menyimpan peralatan makan dan makanan di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh tikus, membersihkan lantai dengan cairan pembersih. Segala penyakit dapat muncul dalam lingkungan yang kotor. Oleh karena itu, kita tetap perlu menjaga kebersihan diri dan lingkungan ya !
Penulis : Ulfa Farizka Hidayati
[learn_press_profile]
Tag:Hantavirus, Penyakit, Penyebaran, Virus