Pemanfaatan Aset di Sekitar Kita
TANPA disadari, semua kita secara demografi dan sekecil apapun yang kita miliki adalah aset yang harus dimanfaatkan dan dikelola dengan baik karena ia adalah sumber bagi kemaslahatan hidup kita, misalnya secuil lahan kosong di depan dan di belakang, di kiri dan di kanan rumah kita adalah aset yang selama ini dibiarkan menganggur begitu saja, hamparan tanah yang luas di sekitar rumah dan tempat kita bekerja tidak produktif, bahkan konsumtif setidaknya untuk biaya pemeliharaan, dan masih banyak aset lainnya yang kita miliki tidak dikelola dengan baik atau tidak dimanfaatkan secara optimal. Anehnya kita tenang-tenang saja atau menikmati ruang dan hamparan lahan kosong yang tidak produktif tersebut.
Contoh kasus, banyak diantara kita memiliki lahan kosong di sekitar rumah kita yang dapat dimanfaat untuk menanam bermacam jenis sayuran dan/atau memelihara ikan air tawar untuk keperluan hidup sehari-hari. Tanaman dengan bermacam jenisnya, demikian pula ikan yang hidup di sekitar kita jika dikelola dengan baik dan artistik, maka lahan tersebut berguna selain untuk konsumsi juga berguna sebagai area istirahat dan rekreasi. Namun anehnya, sebagian dari kita belum mengelola aset tersebut, melainkan lebih memilih belanja di pasar rakyat.
Jika aset-aset tersebut dihitung, maka nilai harganya sangat tinggi: puluhan juta rupiah, ratusan juta rupiah, bahkan lebih. Jika aset yang kita miliki bernilai tinggi tersebut dikelola dengan manajemen aset yang baik, maka akan menjadi sumber pendapatan (income) permanen yang sangat besar jauh melebihi nilai aset tersebut.
Ibu Sri Mulyani Indrawati, SE., MSc, PhD selaku Menteri Keuangan RI dalam banyak kesempatan menceritakan pengalamannya selama tinggal di Amerika Serikat. Beliau mengatakan Amerika Serikat adalah sebuah negara adi kuasa yang sangat maju dibanding negeri kita Indonesia, terutama di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan, dan tidak mungkin bangsa Indonesia ini mampu mengejar ketinggalannya untuk duduk sejajar dengan bangsa Amerika Serikat. Namun dalam beberapa hal, seperti etos kerja dua bangsa ini (Indonesia dan Amerika Serikat) memiliki kesamaan. Misalnya, rakyat Amerika Serikat yang sempat beliau amati banyak juga yang pemalas dan kurang disiplin sama halnya dengan rakyat Indonesia. Faktanya mereka jauh lebih maju sementara kita terus berkembang. Cukup lama beliau mengamati, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemajuan negera Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya. Sampailah beliau pada satu kesimpulan yang membedakan negara maju dan negara kurang maju (negara lambat perkembangannya) adalah optimalisasi aset melalui manajemen aset yang efektif dan efisien. Sekecil apapun aset yang mereka miliki memiliki nilai produktif, bukan konsumtif.
Sesungguhnya virus “optimalisasi aset” masyarakat yang diyakini menjadi prediktor bagi kemajuan suatu bangsa dimiliki orang sebagian rakyat Indonesia dari sejak dulu hingga sekarang ini. Asumsi tersebut dijelaskan oleh faktanya berikut ini.
Ada diantara saudara kita pernah tinggal di Cambera Australia. Ketika kembali ke Indonesia beliau bercerita kepada penulis bahwa saat berada di negara Kanguru beliau tinggal bersama keluarganya di sebuah bangunan yang sangat sempit, tidak ada secuil lahan kosong di sekitar tempat tinggalnya. Untuk menanam pakis/miding (sayuran utama yang digunakan untuk membuat bubur pedas) tersebut, saudara kita membuat media dari sabut kelapa dan kain-kain bekas yang diikat atau dirangkai dengan kawat dan disimpan tergantung di tembok rumahnya. Ia manfaat aset sabut kelapa dan pakaian bekas yang selama ini terbuang untuk bisa bercocok tanam, ternyata pakis/miding tumbuh subur.
Teman penulis lainnya, tinggal di Cengkareng, tidak jauh dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta memanfaatkan aset halaman rumahnya berukuran 6×8 meter persegi menjadi lahan parkir. Lahan parkir di depan rumahnya tersebut disewakan dan memberi pendapatan (income) cukup untuk keperluan hidup keluarganya sehari-hari.
Beberapa orang teman, tinggal di sekitar pasar rakyat di Kota Pontianak, memanfaatkan halaman rumahnya berukuran 6 x 10 meter persegi menjadi lahan parkir beroperasi setiap hari mulai dari jam 04.00 hingga 10.00. Lahan parkir yang tidak terlalu luas tersebut oleh pemiliknya dijaga dua orang juru parkir. Setiap hari juru parkir menyotor sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu) rupiah kepada majikannya, sisanya lebih Rp. 200.000 (dua ratus ribu) rupiah menjadi milik dua orang juru parkir tersebut. Memanfaatkan lahan yang sangat sempit di teras rumah tersebut setiap harinya menghasilkan uang sedikitnya Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu) untuk tiga keluarga.
Penulis amati beberapa tahun terakhir ini, telah tumbuh kesadaran sebagian masyarakat kita terutama yang berada tinggal di sekitar jalan protokol dan/atau di tempat keramaian memanfaatkan aset yang dimilikinya, termasuk merenovasi di bagian depan rumahnya menjadi sebuah café, butik dan ruko. Jika aset tersebut dikelola dengan baik, tidak sedikit diantara mereka menjadi orang kaya baru.
Robert T. Kiyosaki seorang penulis buku best seller international berjudul “Rich Dad Poor Dad” cukup lama mengamati fenomena tersebut di atas sebagaimana ditulisnya dalam sebuah buku berjudul “Rich Dad’s Guide to Investing”. Mereka yang merenovasi sebagaian dari rumahnya menjadi lahan usaha adalah sebuah model investasi orang kaya yang tidak dilakukan orang miskin dan kelas menengah. Orang kaya berpikir menggunakan formula 90/10 tentang uang yang berarti 10% dari masyarakat selalu menghasilkan 90% uang yang ada. Orang menjadi kaya bukan terletak pada bidang yang diinvestasikan, melainkan pada cara berpikir. Nasehat orang kaya, “Jika kamu ingin kaya, cari tahu apa yang sedang dikerjakan orang lain dan kerjakan sebaliknya”. Sementara orang tua bermental miskin, setiap tahunnya juga merenovasi rumah dan mengganti perabot rumahnya. Biasa mereka dilakukan menjelang hari besar keagamaan dan berlangsung setiap tahunnya, seperti hari raya dan hajatan.
Sekalipun virus “optimalisasi aset” ada pada sebagian kecil masyarakat kita. Mereka yang belum memiliki kesadaran akan penting dan strategisnya aset di sekitarnya untuk kenopang kebahagian hidupnya jauh lebih banyak lagi. Beberapa waktu lalu, ada kepala daerah meminta masyarakat memanfaat aset lahan kosong di samping rumahnya untuk ditanami sayuran dan tanaman obat atau apotik hidup, namun program tersebut gagal atau tidak membuahkan hasil.
Penulis memiliki optimisme, bahwa optimalisasi aset di sekitar kita dapat diwujudkan apabila dilakukan melalui manajemen aset yang baik, diikuti oleh seluruh masyarakat sekecil apapun aset yang mereka miliki.
Mengakhir opini ini, penulus menyarankan: (1) kemampuan mengelola (manajemen) aset menjadi satu kriteria penting yang dapat dipertimbangkan bagi calon pemimpin, baik sebagai kepala daerah maupun pimpinan satuan pendidikan (pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi): (2) dipandang perlu pendampingan dalam pengelolaan atau manajemen aset. Dapat mulai dilakukan dari sejak dini. Ajari dari sejak kecil, putera-puteri kita dan peserta didik menggunakan jari-jemarinya untuk mengais sampah, mereka belajar mengenal berbagai jenis tanaman dan binatang-binatang kecil yang ada di sekitarnya dan jangan terus menerus dibiarkan jari-jemarinya yang halus hanya untuk menyentuh layar handphone dan gawai.
oleh Dr. Aswasndi Dosen FKIP UNTAN
[learn_press_profile]