Perluas Kawasan Hutan Mangrove, Lab Terpadu Untan Lanjutkan Kerja Sama Dengan Pelindo dan MMP Terapkan Teknologi OCD di Pesisir Mempawah
UPT Laboratorium Terpadu Universitas Tanjungpura (Untan) terus melanjutkan kerja samanya dengan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Solusi Logistik serta Pengurus Mempawah Mangrove Park (MMP) untuk mengembangkan dan memperluas kawasan Hutan Mangrove. Kawasan ini terletak di sepanjang wilayah pesisir Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah.
Langkah ini ditandai dengan kehadiran beberapa perwakilan dari Lab Terpadu Untan dalam Seremonial Rehabilitasi Mangrove yang diadakan di Mempawah Mangrove Park, Desa Pasir,Selasa, (29/8/2023).
Dalam acara seremonial ini, hadir perwakilan dari Pelindo Solusi Logistik, Pengurus MMP, dan juga masyarakat sekitar. Dalam kesempatan ini Pelindo Solusi Logistik menyerahkan sekitar 44 ribu bibit tanaman Mangrove kepada Pengurus MMP.
Nelly Wahyuni, Kepala Lab Terpadu Untan, menyambut baik kelanjutan kerja sama antara UPT Laboratorium Terpadu Untan dengan Pelindo Solusi Logistik dan Pengurus Mempawah Mangrove Park.
Ia mengungkapkan bahwa program kerja sama ini telah berlangsung selama beberapa waktu terakhir.
“Kerja sama dengan Pelindo telah berjalan selama setahun, sejak tahun 2022, dan menggunakan skema dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari Pelindo,” kata Nelly Wahyuni.
Nelly juga menjelaskan bahwa Tim Lab Terpadu Untan, yang mayoritas terdiri dari Dosen dan Peneliti di bidang lingkungan, telah berkolaborasi dengan MMP dalam berbagai proyek selama bertahun-tahun. “Ini dipicu oleh kesamaan fokus mereka dalam penelitian isu-isu lingkungan,” ungkap Dosen Program Studi Kimia Untan.
Sementara itu, Tim Peneliti di Lab Terpadu Untan Cico Simamora, menjelaskan bahwa Pelindo Solusi Logistik telah menyerahkan 44 ribu bibit Mangrove kepada Pengurus MMP.
“Bibit-bibit ini akan ditanam di berbagai lokasi di wilayah pesisir Desa Pasir. Rencananya, akan ditanam di lahan seluas 8 hektar untuk memperluas kawasan hutan Mangrove di masa mendatang,” tuturnya.
Cico menegaskan bahwa seremonial ini tidak sekadar penyerahan bibit Mangrove semata, melainkan juga merupakan tindak lanjut dari implementasi Teknologi Organic Coastal Defence (OCD) dan Mud Trap atau Perangkap Lumpur.
OCD dan Mud Trap merupakan hasil penelitian dari Tim Lab Terpadu Untan yang bekerja sama dengan Mempawah Mangrove Park.
Organic Coastal Defence atau OCD adalah istilah yang digunakan untuk penerapan teknologi pemecah ombak yang diterapkan di daerah pesisir. Teknologi ini bertujuan untuk mengurangi dampak abrasi akibat dari ombak laut, yang perlahan namun pasti mengikis daerah daratan pesisir.
OCD merupakan teknologi yang ramah lingkungan, karena menggunakan bahan-bahan alami yang mudah dijumpai seperti kayu-kayu yang tidak terpakai. Kayu-kayu tersebut disusun menyerupai bentuk segitiga, sehingga diharapkan membantu memecah ombak di daerah pesisir.
Sedangkan untuk teknologi Mud Trap juga berbasis bahan alami seperti kayu-kayuan. Namun bedanya dengan OCD, kayu-kayu tersebut akan dibentuk seperti persegi yang mengelilingi bibit Mangrove yang ditanam. Sehingga kayu-kayu tersebut berfungsi sebagai perangkap yang dapat menampung lumpur di area sekitar bibit Mangrove.
“Hal ini tentu sangat bermanfaat dalam meningkatkan persentase kehidupan tanaman Mangrove, karena Mangrove sendiri cenderung tumbuh di area yang berlumpur. Dengan penerapan teknologi ini, diharapkan efektifitas pertumbuhan dan ketahanan Mangrove dapat meningkat. Sehingga dampak abrasi di daerah pesisir dapat diminimalisasi,” pungkas Cico Simamora.